Home » Kontroversi Sejarah » Perang Paling Berdarah dan Mematikan dalam Sejarah Dunia

Perang Paling Berdarah dan Mematikan dalam Sejarah Dunia

Perang merupakan neraka. Beberapa perselisihan sudah menyebabkan lebih banyak pembantaian daripada yang lain, dengan durasi peperangan yang bisa sungguh-sungguh bervariasi.

Melainkan, satu hasil potensial perang merupakan jumlah korban yang besar. Dan, beberapa pun masuk dalam kategori paling mematikan dalam sejarah.

Beberapa dari angka-angka itu bisa sungguh-sungguh tinggi, hampir mustahil untuk ditemukan nominal pastinya.

Diawali di Eropa, Perang Dunia Pertama hanya berlangsung selama empat tahun, dari tahun 1914 hingga 1918, tetapi pada masa industrialisasi seperti itulah tingkat kematian dan kehancuran merupakan sesuatu yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Di Bosnia, Archduke Franz Ferdinand dibunuh, memicu serangkaian slot thailand gacor resmi peristiwa yang terjadi di hampir setiap negara besar di dunia.

Jerman merupakan agresor besar, dan Sekutu seperti Inggris, Prancis, Rusia, dan akibatnya Amerika Serikat (setelah Jerman mulai menenggelamkan kapal penumpang AS) semuanya mengangkat senjata melawan mereka.

Laut dan udara menjadi medan perang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam perang manusia. Senapan mesin dan artileri yang lebih baru memungkinkan penghilangan nyawa orang lain yang kencang dan efisien. Pada akibatnya, merupakan siapa yang bisa menciptakan lebih banyak sumber energi, dan itu merupakan Sekutu yang memenangkan laga itu, yang mengarah pada penyerahan Jerman pada tahun 1918.

Setidaknya 18 juta orang di seluruh dunia kehilangan nyawa mereka dalam Perang Dunia I. Hampir 7 juta dari mereka merupakan warga sipil.

Salah satu dari daftar panjang perang dahsyat yang terjadi di China, pemberontakan Taiping terjadi dari tahun 1850 hingga 1864. Itu merupakan pemberontakan melawan dinasti Qing yang berkuasa oleh kategori pemujaan yang diketahui sebagai God Worshiping Society, yang mempermasalahkan keadaan ekonomi di sekitar mereka.

Pemberontakan Taiping pun menyebabkan kategori itu merebut kota utama Nanjing selama lebih dari satu dekade. Pemimpin pemberontakan, Hong Xiuquan, mulai memperluas jangkauan Masyarakat Penyembahannya di seluruh Tiongkok.

Pada tahun 1850, dia mulai memandang bahwa kelompoknya dipersenjatai dan diorganisasi dengan baik. Mereka memandang beberapa kemenangan saat mereka menaklukkan pasukan Qing di beberapa kota, dan pengepungan Nanjing akan menjadi titik perjuangan tertinggi mereka. Melainkan, seperti itu Eropa bergabung dengan pasukan Qing, itu merupakan awal dari akhir.